”Banyak
 orang yang bisa berbicara namun sedikit yang mampu mewujudkannya 
kedalam amal nyata. Banyak yang bisa beramal, namun tak banyak yang 
mampu menjaga ( membuat kontinyu ) amalnya. Dan banyak yang menjaga 
amalnya, namun sedikit yang mampu melakukannya dengan kualitas jihad.Perseteruan al haq dengan al bathil, seperti sabda Rasulullah akan 
terus berlanjut hingga akhir zaman. Front (medan) pertarungan itu 
mencakup seluruh isi kehidupan. Dan perseteruan itu juga terjadi pada 
pendukung al haq dan al bathil. Budaya permissive dengan segala 
turunannya ( laki-laki beranting, wanita ber-rok mini, makan minum 
berdiri dll ) dilawan dengan budaya sunnah ( lelaki berjanggut dan para 
perempuan menggunakan jilbab ), system ekonomi ribawi versus system 
ekonomi tanpa riba (bagi hasil). Pendeknya, seperti kata as syahid 
sayyid qutb dalam ma’alim fi at thariq, “tak akan ada persentuhan (perdamaian) antara al haq dan al bathil pada satu  titik pun”.
Dan karakteristik pertarungan antara al haq dan al bathil, meminjam 
istilah ilmuwan social, seperti dua kelompok yang sedang memainkan 
permainan tarik tambang. Kendor sedikit, kerugian yang dialami salah 
satu pemain tak bisa dibayangkan. Karena itu, tidak hanya amal yang 
mesti dipersiapkan oleh para aktivis. Namun juga konsistensi dan 
komitmen untuk beramal terus menerus dengan kualitas yang tinggi.
Inilah yang diminta imam syahid hasan al banna tatkala ia berkata,”banyak
 orang yang bisa berbicara namun sedikit yang mampu mewujudkannya 
kedalam amal nyata. Banyak yang bisa beramal, namun tak banyak yang 
mampu menjaga ( membuat kontinyu ) amalnya. ”.
 Artinya, yang diminta dari kita tak sekedar amal ( QS.At Taubah : 105 )
 tapi juga konsistensi dan kualitas amal. Seperti dalam Al qur’an surat 
al-anfaal ayat ke-60, yang mampu menggetarkan semua musuh2 Allah.
Untuk itu, seorang aktivispun tak boleh lengah dalam permainan tarik 
tambang tadi. Kelemahan pada aktivitas bisa menular pada yang lain. 
Disinilah pentingnya seorang pemimpin. Agar kordinasi dan komando dapat 
berlangsung efektif. Dan tiap aktivis harus selalu siap menjadi satu 
diantara dua : menjadi qiyadah atau jundiyah.
Kadang kesiapan menjadi qiyadah lebih mudah dilaksanakan. Namun 
menyiapkan diri untuk tho’at, disiplin dan siap diperintah (menjadi 
jundi) terkadang jauh lebih sulit. Kita lebih ingin mengatur ketimbang 
diatur. Padahal menjadi jundi yang baik sama besar perannya dan 
kontribusinya dengan menjadi pemimpin yang baik.
Kepemimpinan dan keprajuritan dalam permainan tarik tambang tadi 
sangatlah menentukan. Dengan kordinasi inilah bisa dilakukan pembagian 
tugas yang adil dan mempertimbangkan berbagai kondisi yang melingkupi 
semua peserta. Jika yang satu lelah akan diketahui dan digantkan 
perannya oleh yang lain sesegara mungkin. Karena keterlambatan dalam 
mengambil sikap dan keputusan dalam permainan tarik tambang bisa 
berakibat bobolnya pertahanan tim secara keseluruhan.
Permainan tarik tambang ini, suatu saat pasti akan dimenangkan para prajurit Allah, sebagaimana janji Allah:” dan prajurit Allah-lah yang akan menang .. ( QS. Al Maidah : 56 ). Tinggal masalahnya sekarang adalah, sudahkah karakteristik jundullah sudah ada dalam diri kita ?.
WaAllahu ‘Alam
*)Sumber : Klik disini
Posting Komentar
Masukan komentar di kolom ini. Saran anda sangat bermanfaat.
Hari gini nggak ikut TARBIYAH, Kontak kami segera via email di : pksdonggala@yahoo.co.id atau sms ke (+62852410 71237)