Latest Post
2.12.13
Orasi Anis Matta di UI
Written By Unknown on 2.12.13 | 2.12.13
Download Audio Orasi Presiden PKS Anis Matta di Universitas Indonesia (UI)
*****
Bertempat di Kampus Perjuangan, Aula Fakultas Kedokteran UI dalam acara Series Seminar Dewan Guru Besar UI yang bertemakan “Indonesia Menjawab Tantangan: Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang" berlangsung sejak 26/11/13 hingga 30/11/13, Dalam acara tersebut Presiden PKS Anis Matta membeberkan ide-ide cemerlangnya dalam rangka membangun Indonesia di masa yang akan datang.
"Elemen yang dapat menciptakan kemakmuran adalah Keluarga dan Sekolah", kata Anis Matta
Rektor UI juga mengatakan bahwa UI sebagai kampus perjuaangan, melalui DGB-nya, berusaha memelopori keberlanjutan nasib bangsa melalui eksplorasi calon pemimpin.
“Kita sedang mencari pemimpin baru, waktunya sungguh tepat,” ujar Rektor UI, Prof. Dr. Muhammad Anis, saat membuka acara, Selasa (26/11).
Berikut link download Audio orasi Anis Matta di hadapan Guru Besar UI, Kamis (28/11).
Selamat Mendengarkan.
Label:
Anis Matta,
Calon Presiden,
download,
PKS
29.11.13
Ayah Paling Bodoh Sedunia | Ang Tek Khun
Written By Unknown on 29.11.13 | 29.11.13
By : Ang Tek Khun
(Pemenang Lomba Kompasianival 2013
*****
"sikap rasialis dan diskrimatif sejatinya bukanlah sifat bawaan manusia Indonesia, melainkan sesuatu yang dipelajari atau diajarkan secara sengaja"
*****
Ajakan untuk menulis dalam rangka Kompasianival 2013 dengan ketentuan tema “mengekspresikan keindonesiaan versi Anda”, membuat saya terhuyung ke banyak tahun di belakang. Saya mengembuskan napas panjang dan teringat kalimat keluhan yang pernah saya ucapkan kala itu: Tidak mudah menjadi warga negara Indonesia.
*****
Ajakan untuk menulis dalam rangka Kompasianival 2013 dengan ketentuan tema “mengekspresikan keindonesiaan versi Anda”, membuat saya terhuyung ke banyak tahun di belakang. Saya mengembuskan napas panjang dan teringat kalimat keluhan yang pernah saya ucapkan kala itu: Tidak mudah menjadi warga negara Indonesia.
Dilahirkan oleh pasangan orangtua yang lahir di sebuah desa di Indonesia, tidak membuat saya berhak menyandang status sebagai warga negara Indonesia. Saya harus menunda kelanjutan studi satu tahun untuk pulang kampung, menempuh jarak hampir 40 km berulang kali untuk ribet mengurus berbagai dokumen, sebelum puncaknya menyodorkan amplop berisi uang saat menjalani tes wawancara tentang keindonesiaan saya.
Di sebuah ruang cukup “mewah”, dengan tangan gemetar dan ucapan terbata-bata, saya menunaikan langkah terakhir sebelum menjalani seremonial sumpah untuk memperoleh secarik dokumen bukti kewarganegaraan Indonesia.
Oom saya yang membungkuskan uang itu dan mengajari saya harus bagaimana. Ia belajar dari pengalaman pribadi. Samar saya masih mengingat ucapannya, “Uang ini tidak banyak, kalau diterima, itu keberuntunganmu. Kalau ditolak, kau harus mengulang tes wawancara ini dengan amplop lebih tebal.”
Saya tidak tahu harus berkata apa. Padahal, saya sangat yakin mampu melewati tes wawancana ini. Saya hafal Pancasila, teks Proklamasi, dan lagu-lagu kebangsaan. Saya ikut Pramuka, terlibat dalam lomba gerak jalan sekolah setiap 17 Agustus. Bahkan saat merantau sekolah di Surabaya, saya ikut gerak jalan Mojokerto-Surabaya sepanjang 55 km dalam rangka Hari Pahlawan. Saya pun sudah lulus mengikuti penataran P4.
Alhasil, hari itu keberuntungan sedang berpihak pada saya. Tanpa sengaja, saya bercerita bahwa saya memiliki hobi menulis. Saya sedang belajar menulis apa saja dan di mana saja. Mading, buletin sekolah, majalah remaja, dan koran tertentu yang memiliki rubrik untuk remaja. Saya tak menyadari bahwa memang pejabat biasanya mencemaskan wartawan–karena memang saya bukan wartawan. Setelah saya bercerita demikian, tak ada pertanyaan yang harus saya jawab. Amplop tipis saya diterima dan saya dinyatakan lulus.
Usai menjalani sumpah di pengadilan, saya berpikir segala urusan akan selesai dan saya berhak menyatakan diri sebagai orang Indonesia. Namun ternyata saya harus memendam kekecewaan lebih dalam. Saya masih harus bersabar bagai menunggu Godot, menanti lebih dari satu tahun hingga dokumen kewarganegaraan saya selesai diproses di pusat dan mendapatkan keputusan presiden.
Itu terjadi lebih dari 20 tahun yang silam. Sebuah kisah yang masih lekat membekas dalam ingatan saya. Dalam versi sederhana, kala itu pengalaman ini saya tuliskan dan dimuat di majalah Hai semasa dalam asuhan Arswendo Atmowiloto.
* * *
Tidak mudah memang menjadi warna negara Indonesia. Langkah studi saya berhenti di SMA. Usai pulang kampung setahun, saya kembali merantau untuk menjalani kuliah. Dengan status masih Warga Negara Asing (WNA), saya ikut dalam rebutan jatah kursi kuliah 2% untuk mahasiswa asing dan wajib mengeluarkan biaya yang mencekik leher. Selama itu pula, saya hanya bisa gigit jari membaca pengumuman berbagai lomba menulis yang kala itu selalu mensyaratkan “peserta adalah Warga Negara Indonesia (WNI)”.
Saya tak ingin menyesali itu semua, termasuk sumber semua masalah yang berpangkal pada kenyataan bahwa saya adalah anak dari seorang ayah yang paling bodoh sedunia.
Almarhum ayah saya lahir di sebuah desa di pedalaman pulau Sulawesi. Posturnya ceking mirip Jokowi, kulitnya tak kalah legam. Sebagaimana anak-anak desa lainnya, ia bermain bersama siapa saja dan di mana saja–dari gunung hingga sungai hingga laut. Sekolahnya hanya sampai kelas tiga Sekolah Rakjat (SR) karena kondisi ekonomi. Dalam usia semuda itu, ayah saya harus bekerja serabutan dan memulung barang-barang bekas untuk diolah dan kemudian dijual. Di usia remaja, dengan bersepeda, ia masuk ke kampung paling dalam untuk membeli minyak kelapa dari penduduk dan menjualnya ke kota.
Jiwa sosial ayah saya tumbuh secara natural, membuat saya terkenang padanya saat mendengar kisah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang ayahnya. Apabila bersepeda motor ke pedalaman untuk mengurus kebun miliknya, ayah selalu menyempatkan diri untuk berhenti di warung kopi di sebuah desa untuk sekadar bercakap-cakap dan mengetahui kondisi mereka. Apabila dalam perjalanan itu dijumpainya sayur atau pisang tergantung di rumah penduduk untuk dijual, ia selalu berhenti dan mampir untuk membelinya. Tidak selalu jualan itu lebih murah, namun ayah selalu membelinya. Di kemudian hari saya paham, ayah sedang bermaksud menebus jualan itu dengan uang tunai agar warga desa itu tidak perlu menempuh jalan jauh menggunakan gerobak atau berjalan kaki untuk menjualnya di pasar.
Tak ada wacana apa pun tentang keindonesian di benaknya, karena memang demikianlah hidupnya sehari-hari. Demikian juga dengan para penduduk setempat, mereka tidak pernah melihat perbedaan pada diri ayah saya. Ini semua membuat saya yakin bahwa sikap rasialis dan diskrimatif sejatinya bukanlah sifat bawaan manusia Indonesia, melainkan sesuatu yang dipelajari atau diajarkan secara sengaja.
Waktu kemudian berlalu, hingga ayah saya menjelma menjadi ayah paling bodoh sedunia. Ia tak pernah menyadari bahwa kelak anak-anaknya akan bertambah besar dan harus bersekolah dengan membawa secarik dokumen bukti sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Ia tak pernah menggubris untuk mengurus dokumen ini karena ia tak pernah merasa dirinya orang asing. Padahal, apabila ayah mau mengurusnya, maka ke-4 anaknya akan secara otomatis mengikuti status orangtuanya sebagai WNI. Akibatnya, satu per satu anaknya melewati usia 17 tahun, dan harus mengurusnya sebagai secara terpisah.
* * *
Cukup lama saya merasa sakit hati dan menyesali kebodohan ayah saya yang berimbas pada derita saya dalam menjalani status WNA. Namun di kemudian hari saya menyadarinya, bukankah demikian seharusnya sikap setiap insan yang melekat dan menjadi bagian sah dari bangsa ini. Tak seharusnya status warga negara Indonesia seseorang diletakkan pada secarik kertas berkop Sekretariat Negara dan ditandatangani oleh presiden.
Itulah sebabnya, saat lelah dalam penantian dan dokumen sakti tersebut akhirnya saya terima, saya sudah terlalu lelah untuk mengurus dokumen penggantian nama saya. Biarlah nama saya tetap begini–dengan segala konsekuensinya. Lebih baik kelelahan saya ditukar dengan kelelahan dalam berkarya untuk bangsa ini, untuk negeri ini. Untuk bangsa dan negeri yang dicintai oleh almarhum ayah saya dengan tanpa kata-kata.
Label:
Berita,
Inspirasi,
Kompasiana,
Renungan
27.11.13
Belajar Dari Sebuah Pensil
Written By Unknown on 27.11.13 | 27.11.13
Apa yang ada dalam fikiranmu Setelah Melihat Pensil…??
Dapatkah kamu mengambil pelajaran dari sebuah pencil yang sering kita gunakan ..??
Bila ingin tahu maka bacalah nasehat nenek yang cerdik ini tentang,
” HIKMAH SEBUAH PENCIL “
” HIKMAH SEBUAH PENCIL “
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
pertama:
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
**
Pensil dituntun oleh tangan,
Jadikan penuntun Kita adalah Allah Swt
**
Pensil dituntun oleh tangan,
Jadikan penuntun Kita adalah Allah Swt
kedua:
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
ketiga:
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
**
Penghapus selalu membenarkan kata kata kita dengan menghapus tulisan yg salah.
Kita juga harus mendengar nasehat orang lain apabila kita salah dan segera introspeksi diri.
**
Penghapus selalu membenarkan kata kata kita dengan menghapus tulisan yg salah.
Kita juga harus mendengar nasehat orang lain apabila kita salah dan segera introspeksi diri.
keempat:
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
Dalam hal ini yg ada dalam diri kita adalah hati dan nafsu, akal dan fikiran dan semua yg berasal dari dalam diri kita. Harus selalu kita kendalikan.
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
Dalam hal ini yg ada dalam diri kita adalah hati dan nafsu, akal dan fikiran dan semua yg berasal dari dalam diri kita. Harus selalu kita kendalikan.
kelima:
sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
**
kita pun demikian , apa yang kita perbuat akan meninggalkan goresan baik atau buruk yang nantinya akan di hisab,
maka berhati hatilah akan setiap goresan yg kita perbuat.
sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
**
kita pun demikian , apa yang kita perbuat akan meninggalkan goresan baik atau buruk yang nantinya akan di hisab,
maka berhati hatilah akan setiap goresan yg kita perbuat.
Label:
Mendidik Anak,
Nasehat,
Renungan
27.11.13
PKS Maluku Ikuti Pemilihan Calon Presiden
Pemilihan Calon Presiden kali ini adalah untuk memilih Calon Presiden PKS. Jika Partai lain menggelar Konvensi untuk menyaring calon presiden, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki cara unik yakni Pemilihan Umum Raya (Pemira). Hajatan Pemira ini disambut baik oleh jutaan kader PKS di seluruh Indonesia. "Untuk memilih Capres yang diusung oleh PKS, kami menyelenggarakan Pemilihan Umum Raya atau Pemira." Demikian dikatakan M Suhfi Majid, Sekretaris Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Maluku dalam rilisnya, Selasa (26/11/2013).
Suhfi yang juga ketua panitia penyelenggara Pemira Capres untuk wilayah Maluku menandaskan, akan ada 2.079 kader se-Maluku yang akan mengikuti Pemira tersebut, "ada 254 kader inti dan 1825 kader pendukung yang terdiri dari 442 kader muda dan 1383 kader pemula," tuturnya.
Dengan melibatkan seluruh kader dan struktur partai, kami ingin memastikan aspirasi mereka tentang sosok calon Presiden dari PKS. "Kita ingin mendengar suara kader dan struktur PKS tentang sosok Presiden Indonesia masa depan dari kalangan internal," imbuhnya.
Sebagaimana layaknya Pemilu, sistem yang berjalan dalam Pemira juga berbentuk pemungutan suara. "Kami menyiapkan kertas suara, dan setiap kader serta strukutur PKS akan menentukan pilihannya pada kertas suara yang memuat capres-capres dimaksud," jelasnya.
Ada 22 capres asal PKS yang akan dipilih, dan setiap kader dan struktur akan memilih 5 nama. "Dari 22 nama capres tersebut, setiap orang memilih 5 nama. Nanti seluruh hasil pilihan dari 11 kabupaten/kota akan direkapitulasi oleh panitia propinsi, selanjutnya dikirim ke DPP PKS untuk dihitung akumulasi nasionalnya," jelasnya.
22 nama Capres asal PKS yang telah diedarkan namanya, beberapa namanya cukup terkenal sebagai tokoh nasional yaitu nama Hidayat Nur Wahid (Mantan Ketua MPR RI), DR Salim Segaf Al Jufry (Menteri Sosial), DR Sohibul Imam (Wakil Ketua DPR), Abdul Gani Kasuba (Wakil Gubernur Maluku Utara), Prof Irwan Prayitno (Gubernur Sumatera Barat), dan Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat).
Menteri asal PKS juga dimasukan sebagai Pemira, yakni Menkominfo Ir. Tifatul Sembiring dan Suswono (Menteri Pertanian). "Anis Matta, Presiden PKS juga masuk dalam daftar yang akan dipilih sebagai capres oleh kader dan struktur," tambah Suhfi.
Suhfi juga menandaskan, untuk wilayah Maluku, Pemira akan berlangsung di 11 kab/kota. "PKS ingin proses demokrasi ini berlangsung dari bawah. Dengan melibatkan seluruh kader dan struktur di 11 kab/kota se-Maluku, kita akan memahami, menyerap dan mendengar suara dari bawah tentang calon Presiden yang akan dimajukan PKS pada Pilpres 2014 nantinya," pungkasnya.
Suhfi juga menandaskan, untuk wilayah Maluku, Pemira akan berlangsung di 11 kab/kota. "PKS ingin proses demokrasi ini berlangsung dari bawah. Dengan melibatkan seluruh kader dan struktur di 11 kab/kota se-Maluku, kita akan memahami, menyerap dan mendengar suara dari bawah tentang calon Presiden yang akan dimajukan PKS pada Pilpres 2014 nantinya," pungkasnya.
Label:
Berita,
Calon Presiden,
PKS
27.11.13
Strategi Pemenangan Da'wah (3) Need BACKUP
Need Backup
Gerak seluruh komponen dakwah, baik Qiyadah dan Kader, harus seiring dan seirama untuk bersama-sama mendekatkan dan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT dalam berbagai kesempatan.
Qiyadah dan Kader serta seluruh komponen Masyarakat Indonesia bersama-sama melakukan perubahan, memang ada kesalahan individual, namun tak mustahil terjadi kekeliruan kolektif karena membiarkan individu tertentu tanpa kontrol.
Kontrol dan koreksi diperlukan dalam setiap pelaksanaan. Bila ada penyimpangan, maka harus segera diluruskan. Bahkan, jika terjadi perubahan situasi dan kondisi yang mendasar, maka perubahan rencana dapat dilakukan. Di sinilah urgensi sistem cadangan (back up) untuk mengantisipasi dinamika tak terduga.
Tragedi perang Mu’tah memperlihatkan kondisi buruk yang tak pernah diperkirakan sebelumnya, ketika tiga komandan pasukan Muslim berguguran secara berurutan: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Pergantian posisi komando itu sudah diisyaratkan Rasulullah dalam pesan sebelum pertempuran. Di ujung situasi kritis, akhirnya tongkat komando dipegang Khalid bin Walid yang memutuskan untuk kembali ke markas pertahanan. Dari sanalah disusun rencana alternatif untuk menuntaskan misi perjuangan.
Semoga Allah berkenan menerima segala taubat serta amal saleh kita semua. Karena Dia-lah yang memberikan kekuatan dan keberkahan dalam perjuangan panjang.
Semoga Indonesia yang kita cintai bersama menjadi Negeri yang sejahtera dan dilindungi dari segala marabahaya. Peristiwa Hijrah mengingatkan kita sekali lagi, bahwa strategi pemenangan dakwah membutuhkan pilihan sikap (Choice), perencanaan matang (Plan) dan rencana cadangan (Back Up) bila ada situasi tak terduga. (Dakwatuna)
Label:
Bekal Dakwah,
Berita,
Komunikasi dakwah,
Pemilu,
PKS
27.11.13
Jelas sekali, dibutuhkan Rencana Besar untuk memenangkan pertarungan besar agar pilihan yang sudah ditetapkan tercapai. Agar agenda dakwah digerakkan oleh seluruh elemen dakwah, maka perlu dipersiapkan 4 langkah taktis:
Strategi Pemenangan Dakwah (2) - Need PLAN
Need Plan
Jelas sekali, dibutuhkan Rencana Besar untuk memenangkan pertarungan besar agar pilihan yang sudah ditetapkan tercapai. Agar agenda dakwah digerakkan oleh seluruh elemen dakwah, maka perlu dipersiapkan 4 langkah taktis:
a. Mengajak diri sendiri sebagai elemen dakwah agar senantiasa konsisten. Kita masih seperti yang dulu, tidak akan berubah sikap sebagai kader yang yakin, bahwa kemenangan tak akan tercapai tanpa berjamaah (berorganisasi) dengan baik. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kesalahan (corrective action) dan menegaskan komitmen bahwa tiap orang akan mendapat reward and punishment sesuai dengan capaian/kesalahannya.
b. Meyakinkan kembali para anggota keluarga, teman dekat serta rekan kerja yang pernah bersinggungan dengan dakwah, bahwa kita adalah satu dan terus bergerak bersama karena kita mencintai semuanya karena Allah.
c. Bersilaturahim dengan komponen dakwah lainnya dan masyarakat muslim lainnya untuk berjuang dan bergandeng tangan dalam mengartikulasikan kepentingan umat, antara lain warga NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam, PUI, kalangan pesantren dll.
d. Memohon maaf atas segala kekhilafan serta terus melayani sepenuh hati terhadap segenap komponen masyarakat, baik mereka yang simpati, antipati maupun kelompok pembenci sekalipun.
Kita harus berani menyatakan secara kesatria: “Kami adalah manusia biasa yang penuh alfa dan dosa serta berusaha hadir untuk semua demi mewujudkan cita-cita Indonesia yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat”. (Dakwatuna)
Label:
Bekal Dakwah,
Berita,
Komunikasi dakwah,
Pemilu,
PKS
27.11.13
Strategi Pemenangan Da'wah (1) Need CHOICE
Jika ada ide agar aktivitas dakwah dilakukan secara spontan, tanpa perencanaan (No plan), pilihan (No choice), dan cadangan (No backup), maka itu hanya terjadi situasi khusus/darurat yang membutuhkan improvisasi dan proteksi berlapis-lapis demi keamanan operasi.
Tetapi, Sunnah Nabawiyah yang berlaku umum/generik adalah persiapan detil dari awal hingga akhir, di samping membuka kemungkinan terjadi revisi atau adaptasi sejalan dengan perkembangan lingkungan.
Demi keberhasilan dakwah, perlu diperhatikan tiga langkah penting, yaitu:
Need choice
Sebagai Kader dakwah, setiap aktivis harus punya pilihan sikap dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. Harus optimis untuk bersama-sama memenangkan Agenda Dakwah di berbagai aspek. Antara lain, menjelang Pemilihan Umum di Indonesia tahun 2014, perlu dikawal: Kepemimpinan Nasional seperti apa yang harus dikawal dan didorong.
Kita menyaksikan bangsa Indonesia kembali mengalami Krisis Kepemimpinan di level nasional setelah 15 tahun Gerakan Reformasi bergulir. Jika dibiarkan sembarang figur tampil sebagai Pemimpin Nasional, maka kondisi bangsa mungkin akan kolaps dan aspirasi umat Islam (komponen mayoritas) akan terbengkalai. Kita ingin memastikan masa depan Indonesia akan semakin solid dan maju di bawah kepemimpinan baru dan agenda keumatan berjalan sesuai tahapannya.
Dalam konteks itu, tiap Aktivis perlu menentukan sikap dan pilihan, tak bisa netral dan ragu-ragu. Konsistensi sikap itu yang menjadi prasyarat keberhasilan. (Dakwatuna)
Label:
Bekal Dakwah,
Berita,
Komunikasi dakwah,
Pemilu,
PKS
27.11.13
Refleksi 100 Hari Pembantaian Rabi'ah
Genap 100 hari sudah Militer Mesir membantai para demonstran damai yang mendukung legitimasi di kawasaran Rab’ah, Kairo, 14 Agustus 2013.
Mereka adalah representatif dari sebagai besar rakyat Mesir, yang tidak rela demokrasi negerinya dicabik-cabik oleh kudeta militer. Peristiwa ini menjadi bagian dari sejarah hitam negeri Piramida itu, karena lebih dari 2000 orang meninggal akibat pembantaian yang direstui oleh pemerintahan butan kudeta militer.
Sejak penggulingkan terhadap presiden terpilih, Muhammad Mursi pada tanggal 3 Juli 2013 oleh militer, Mesir yang semula naik daun menjadi negeri yang demokratis paska revolusi 25 Januari, tiba-tiba posisnya kini berbalik 180 derajat, bahkan lebih tragis dari pada era diktator Husni Mubarok.
Militer yang menjadi aktor kudeta terhadap pemerintahan sipil, dengan dukungan kaum “agamawan,” sekuler dan liberal, bergerak atas dasar kebencian menghakimi Ormas Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM). IM merupakan gerakan Islam fenomenal yang lahir dari rahim Mesir pada tahun 1928. Gerakan ini mampu bertahan di bawah rezim dikatator selama puluhan tahun, dan dapat memenangkan pemilu demokratis di Mesir paska revolusi 25 Januari. IM terus digiring oleh militer sebagai musuh bersama, berbagai cara mereka tempuh untuk melengserkan presiden terpilih Muhammad Mursi yang merupakan kader dari sayap pollitik IM, Freedom and Justice Party. Indikasi kebencian ini menguat paska disembunyikannya Mursi oleh militer, tak lama setelah itu satu-persatu tokoh IM di Mesir ditangkap dengan tuduhan yang mengada-ngada.
Bukan hanya mereka yang tercatat dalam struktur organisasi IM saja yang ditangkap. Namun juga semua pihak yang menentang kudeta, maka diposisikan sebagai pendukung IM, tak peduli siapa dan apapun latarbelakangnya. Bahkan belakangan, mereka menangkap para atlit yang mengangkat simbol Rab’ah dengan jarinya di tengah pertandingan internasional. Mereka juga menyematkan simbol teroris terhadap gerakan IM, provokator dan puncaknya sebagai organisasi terlarang.
Militer Vs Mahasiswa
Entah sudah berapa puluh ribu rakyat Mesir yang tewas diujung peluru tentaranya sendiri. Militer tidak lagi memberikan rasa aman terhadap warganya, namun justru menjadi sumber penyebar teror. Bukan lagi menjaga negerinya dari ancaman Zionis Israel dan pemberontak di propinsi Sinai, namun lebih memilih sibuk menangkapi rakyat yang menentang langkah kudeta mereka.
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita penyerangan militer ke asrama mahasiswa Al-Azhar di Nasr City, Kairo. Hingga berujung dengan tewasnya kurang lebih 3 mahasiswa dan melukai ratusan lainnya. Peristiwa ini tentu telah mencoreng dunia akademik di Mesir. Terlebih asrama yang diserbu oleh aparat ini adalah asrama mahasiswa berprestasi. Mereka adalah orang-orang pilihan yang menjadi tumpuan harapan masa depan bangsa Mesir.
Apa yang dilakukan militer Mesir ini memperkuat indikasi semakin pendeknya usia kudeta mereka. Sejarah mencatat, perubahan atau bahkan perlawanan sangat efesien dilakukan oleh para mahasiswa. Disamping energik dengan usia muda, mereka juga kaum terpelajar, yang tidak gegabah dalam bertindak, dan tak pantang mundur ketika telah memiliki tekad. Serangan ke kampus dan juga asrama Al-Azhar, telah membuat murka seluruh mahasiswa. Universitas Al-Azhar bukan hanya berada di Kairo, tapi juga memilik cabang di propinsi-propinsi Mesir, sontak mereka yang di daerah pun turun ke jalan memprotes penyerangan terhadap rekannya ini. Solidaritas juga dilakukan oleh mahasiswa asal kampus luar Al-Azhar, yang akhirnya memperkuat barisan para pemuda.
Terbukti kendati PM. Kudeta Mesir, Adil Manshour telah menetapakan UU Demonstrasi, para mahasiswa tidak mengindahkan larang-larang UU tersebut. Pasal yang ditetapkan jelas memiliki agenda terselubung, yang secara garis besar melarang segala bentuk demonstrasi yang menentang pemerintahan kudeta. Apabila paska revolusi 25 Januari setiap rakyat Mesir diberikan kebebasan menyampaikan aspirasinya, maka hal ini tidak berlaku di era kudeta. Pemerintah kudeta telah merampas hak dari rakyatnya untuk bersuara. Alhasil Mesir saat ini tengah diseret untuk kembali ke belakang, dan kita yang berada di luar lingkaran mereka, akan menyaksikan siapa rakyat Mesir yang akan hidup sebagai pejuang atau pecundang di hadapan otoritas kudeta Mesir. (Al-Intima)
Label:
Dunia Islam,
Ikhwan,
Renungan
25.11.13
Reaksi Tubuh Setelah Konsumsi Minuman Bersoda
Written By Unknown on 25.11.13 | 25.11.13
PKS Donggala-Meminum sekaleng minuman bersoda di siang hari benar-benar menggiurkan. Rasa dahaga segera berganti dengan kesegaran. Namun, tahukah Anda, apa yang terjadi di dalam tubuh saat soda masuk ke dalamnya? Berikut ini ulasannya, seperti dilansir laman Daily Health Post, Rabu, 9 Oktober 2013.
10 Menit Pertama
Kandungan gula yang mencapai 10 sendok teh akan segera masuk ke dalam sistem tubuh. Kita memang tidak akan muntah karena rasa manis yang luar biasa. Pasalnya, asam fosfat yang terkandung di dalamnya akan memotong rasa itu.
20 Menit
Kadar gula dalam tubuh akan naik yang akhirnya menaikkan kadar insulin. Hati kita akan mengatasinya dengan mengubah gula tersebut menjadi lemak.
40 Menit
Penyerapan kafein selesai. Tekanan darah akan meningkat. Hati akan merespons dengan mengalirkan gula ke dalam aliran darah. Kantuk akan hilang akibat reseptor adenosis di otak terblokir.
45 Menit
Tubuh mulai merangsang dopamin yang merangsang pusat kesenangan di otak. Cara kerjanya sama seperti heroin.
Lebih dari 60 Menit
Asam fosfat akan mengikat kalsium, magnesium, dan seng dalam usus bagian bawah. Hal ini akan meningkatkan metabolisme tubuh secara signifikan. Dan parahnya, dosis tinggi gula dan pemanis buatan juga akan meningkatkan eksresi kalsium. Selain itu, sifat diuretik dari kafein muncul. Kita akan merasa ingin buang air kecil. Ditambah lagi, kadar gula yang mulai meninggi akan membuat kita mudah marah dan menjadi lamban.
10 Menit Pertama
Kandungan gula yang mencapai 10 sendok teh akan segera masuk ke dalam sistem tubuh. Kita memang tidak akan muntah karena rasa manis yang luar biasa. Pasalnya, asam fosfat yang terkandung di dalamnya akan memotong rasa itu.
20 Menit
Kadar gula dalam tubuh akan naik yang akhirnya menaikkan kadar insulin. Hati kita akan mengatasinya dengan mengubah gula tersebut menjadi lemak.
40 Menit
Penyerapan kafein selesai. Tekanan darah akan meningkat. Hati akan merespons dengan mengalirkan gula ke dalam aliran darah. Kantuk akan hilang akibat reseptor adenosis di otak terblokir.
45 Menit
Tubuh mulai merangsang dopamin yang merangsang pusat kesenangan di otak. Cara kerjanya sama seperti heroin.
Lebih dari 60 Menit
Asam fosfat akan mengikat kalsium, magnesium, dan seng dalam usus bagian bawah. Hal ini akan meningkatkan metabolisme tubuh secara signifikan. Dan parahnya, dosis tinggi gula dan pemanis buatan juga akan meningkatkan eksresi kalsium. Selain itu, sifat diuretik dari kafein muncul. Kita akan merasa ingin buang air kecil. Ditambah lagi, kadar gula yang mulai meninggi akan membuat kita mudah marah dan menjadi lamban.
Label:
Kesehatan
24.11.13
Sumber : Dakwatuna
Pengadilan Internasional, Kekhawatiran Membayangi Para Pengkudeta
Written By Unknown on 24.11.13 | 24.11.13
PKS Donggala-Kairo. Saat ini terjadi polemik pada elit penguasa di Mesir menyusul diadakannya beberapa konferensi pers di luar negeri terkait upaya membawa mereka ke pengadilan internasional.
Awalnya adalah sebuah konferensi pers di London yang diadakan oleh beberapa lembaga hak asasi manusia. Dalam konferensi pers tersebut, mereka menuduh As-Sisi telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Ditambah dengan rekan-rekan kudetanya, antara presiden sementara (Adly Mansur), perdana menteri (Hazim Beblawi), menteri dalam negeri (Muhammad Ibrahim).
Untuk kali keduanya, konferensi diadakan di Istambul. Di sanalah dicanangkan upaya praktis dan serius membawa para tertuduh itu ke pengadilan internasional.
Banyak tokoh dan pakar memberikan komentar hal tersebut. Beberapa pakar hukum menyebutkan bahwa memproses tuduhan adalah sebuah upaya hukum yang sah dan hak rakyat yang mengalami penindasan dari kalangan pengkudeta. Ketika didukung oleh lembaga hak asasi internasional dan pemerintah Turki, proses tersebut diharapkan akan berjalan lebih cepat.
Ada pula pengamat yang berkomentar bahwa upaya ini tidak sesuai dengan undang-undang, bahkan terkesan mempermainkannya. Selain itu, juga merendahkan martabat tokoh-tokoh yang merupakan simbol negara.
Namun menurut, Ibrahim Yusri, mantan dubes Mesir di Aljazair dan seorang pengacara dunia, mengatakan bahwa proses pengajuan seseorang dalam pengadilan dunia banyak dikendalikan dan dipengaruhi negara-negara besar dan Dewan Keamanan (DK PBB). Misalnya DK PBB bisa mengundur pengajuan hingga satu tahun atau lebih. DK juga sangat menentukan apakah vonis yang dijatuhkan itu mengikat atau tidak. Yusri menilai, pengajuan para pelaku kudeta di Mesir sudah sesuai hukum. Apalagi ketika didukung oleh Turki dan Inggris, hal ini akan menambah cepat prosesnya.
Perlu diketahui, di antara aktivis HAM adalah Ken MacDonald (mantan jaksa agung Inggris), Richard Falk (mantan utusan khusus PBB), dan Michael Mansfield (penasihat Ratu Inggris)
Sumber : Dakwatuna
Label:
Dunia Islam,
Ikhwan