ABD.
RASYID, A.Md
|
Donggala - Momen peringatan kelahiran
Kabupaten Donggala tahun ini terasa lain dari tahun sebelumnya, hingar-bingar
pesta seromoni seolah teredam oleh kekhusyuan bulan Ramadhan. Setidaknya hal
ini memberi berkah sekaligus Ibroh (pelajaran)
yang sangat besar bagi segenap komponen daerah baik pemda maupun masyarakat
untuk secara bersama melakukan perenungan yang jernih guna menatap masa depan
yang lebih baik.
Tahun ini dua perayaan baik HUT
Kabupaten Donggala maupun HUT Kemerdekaan RI terangkum dalam satu momen
Ramdhan, yang berarti secercah harapan untuk manatap masa depan dapat terwujud
karena grafik ukhuwah lagi meningkat dan kepentingan golongan lebur menjadi
satu. Hal ini menjadi modal yang baik untuk sesegera mungkin mengurai satu demi
satu persoalan yang melilit agar dapat membuat Donggala semakin melejit.
Salah satu hal yang patut
menjadi perhatian serius adalah posisi dan peran pemuda di dalam pembangunan
daerah. Hal ini menjadi penting karena untuk menatap masa depan yang lebih baik
maka syarat utama yang harus dimiliki adalah kemampuan melakukan sintesa-kreatif antara etos masa lalu
(sejarah) dan etos kekinian. Etos masa lalu yang dimaksud adalah semangat yang
melekat pada masa tertentu (sejarah) yang menjadi landasan gerak perkembangan
selanjutnya. Sedangkan etos kekinian adalah semangat yang melekat hari ini
akibat tantangan zaman yang dihadapi.
Jadi singkatnya keberhasilan menatap
masa depan sangat bergantung pada penyikapan terhadap sejarah (masa lalu)
dengan penyikapan kondisi hari ini. Perayaan dan peringatan masa lalu (baik
Ultah/HUT) tidak harus berhenti pada perayaan seremonial belaka, melainkan
dilanjutkan dengan penyikapan secara utuh dan menyeluruh, terprogram dan
terencana serta berani melakukan instropeksi diri. Sehingga berdasarkan hal ini
maka selayaknyalah jika menempatkan peringatan dan perayaan HUT kali ini sedikit memberi perhatian lebih terhadap peran
dan posisi pemuda. Seluruh fakta sejarah telah membuktikan bahwa peran pemuda sangat besar di
dalam sejarah berdirinya sebuah bangsa dan budaya.
Pemuda sangat identik dengan
etos (semangat) berbuat dan bekerja. Sehingga seharusnya hal ini menjadi modal
yang begitu besar di dalam menggerakkan laju pembangunan. Seluruh energi sebaiknya
dikerahkan untuk memacu adrenalin pemuda
agar maju dan berbuat. Bukan malah sebaliknya dimatikan dan dibiarkan tidak
terarah. Disinilah peran Pemda dan masyarakat yang dituntut untuk dapat
merumuskan dan memiliki program terencana dan dapat diukur dalam melakukan
pemerdayaan kepemudaan.
Kondisi kepemudaan untuk
konteks Donggala dapat dibagi beberapa golongan. Pertama golongan pelajar, di mana dikarenakan kampus/universitas
tidak dimiliki di Kabupaten Donggala maka aktivitas golongan ini terasa jauh
dari jangkauan dan kondisi daerah mereka, sehingga mayoritas potensi dari
golongan ini kurang terserap oleh daerah dan bahkan ironinya perhatian Pemda
untuk golongan ini baik melalui jalur beasiswa juga kurang terperhatikan. Kedua golongan pemuda pekerja, golongan
ini didominasi akibat ketidakmampuan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi dan faktor kemiskinan, golongan pemuda ini pun masih kurang tersentuh
penanganannya. Dan yang ketiga adalah golongan pemuda yang aktif di ormas dan
orsospol, golongan ini sudah melakukan pemberdayaan diri namun terkadang masih
terjebak pada tradisi pragmatisme karena pemberdayaannya masih sangat
bergantung pada pemanfaatan kepentingan tertentu.
Dari hal ini seharusnya ada
upaya terperinci untuk melakukan pemberdayaan pemuda disemua golongan,
pemberdayaan pemuda ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah
kejelasan target dan tujuan serta program pemberdayaan pemuda bagi instansi
yang berwenang menangani masalah ini, berikutnya adalah peran masyarakat yang
harus menempatkan pemuda pada posisi penting sebagai estafet perjuangan bangsa
bukan sebaliknya hanya sebagai sarana pemanfaatan terhadap kepentingan pribadi
dan golongan. Pemuda sesungguhnya membutuhkan keteladanan dari para pendahulunya,
baik konsistensi, integritas dan maupun komitmen ideologis. Generasi sebelumnya
harusnya menyadari bahwa pemuda bukanlah setumpuk daging yang hanya bisa melihat
namun juga dapat menilai dan merasa.
Inilah
sekelumit kondisi pemuda hari ini yang gerut wajah dan semangatnya membutuhkan
perhatian yang lebih dari semua pihak, sehingga jika kita bertanya (dimana) dan
(kemana) pemuda Donggala ??? maka secara serempak dapat menjawabnya “ada
disini” dan “dan siap bekerja untuk Donggala!!!”.
Wallahu a’lam bissawab.
Posting Komentar
Masukan komentar di kolom ini. Saran anda sangat bermanfaat.
Hari gini nggak ikut TARBIYAH, Kontak kami segera via email di : pksdonggala@yahoo.co.id atau sms ke (+62852410 71237)